Negeri Batu Bara sudah ada setelah masa kebudayaan bercorak Hindu-Buddha berakhir di Sumatera. Berdirinya negeri Batu Bara bermula dari perburuan yang gagal dari seorang pangeran Minangkabau yang membawanya ke negeri Simalungun. Pangeran lalu menikahi putri raja Simalungun dan pindah ke wilayah pesisir yang memiliki banyak batu yang membara sehingga wilayah ini di sebut Batu Bara.
Negeri Batu Bara menjadi negeri yang sangat makmur sehingga menjadi incaran berbagai bangsa termasuk bangsa-bangsa Eropa. Sejarah melukiskan pasang-surut yang dialami negeri ini, mulai dari perang saudara masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan Revolusi Sosial di Sumatera Timur.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Buku ini memberikan data-data yang sangat berharga tentang sejarah klasik wilayah Batu Bara yang sangat sulit anda temui dalam buku-buku lain sebab banyak buku yang memuat sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura atau sejarah klasik kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur dan Utara yang berhubungan dengan Kedatuan-kedatuan di Batu Bara tapi tidak ada yang memuat sejarah wilayah Batu Bara sedetail buku ini. Melalui buku ini, anda akan memperoleh informasi berharga tentang sejarah Batu Bara sejak masa pemukiman yang pertama di wilayah ini hingga pemerintahan para penguasa di wilayah ini di masa-masa setelah dan bagaimana kedatuan-kedatuan ini runtuh, lengkap dengan tabel silsilah para penguasa kedatuan-kedatuan di Batu Bara. Tidak hanya kisah-kisah sejarah, buku ini juga memuat beberapa legenda dari wilayah Batu Bara ini.
Saya mendapatkan buku ini dalam sebuah pameran perpustakaan ketika saya mengunjungi stan milik "Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara". Bangga sekali saya mendapatkan buku ini karena saya tahu buku ini tidak dijual sehingga sangat berharga bagi pecinta sejarah seperti saya. Tetapi, saya kemudian kecewa dengan isi buku ini. Kekurangan besar dari buku ini terletak pada alur dan susunan cerita yang tumpang-tindih, dan yang terutama adalah narasi. Sayang memang, data yang sudah dihimpun dengan susah-payah ini terganggu oleh narasi yang tidak teratur apalagi indah. Narasi yang tumpang-tindih ini justru membuat bingung saat saya menelusuri data-data yang disajikan oleh buku ini. Terlebih lagi, tidak ada pemisahan perikop saat membahas penguasa yang berbeda dari satu kedatuan. Semuanya digabungkan, dan kemudian diulang lagi di paragraf dan bab yang lain.
Perihal narasi buku ini, sangat sulit saya mengerti mengapa ada banyak sekali kecacatan yang berupa kesalahan penulisan dan pengulangan kata serta pengulangan penjelasan sebab saat saya menghitung jumlah editor umum buku ini ada enam orang, yang mana salah-satunya adalah seorang dosen Fakultas Sastra di salah-satu universitas negeri di provinsi Sumatera Utara.
Kekurangan kedua dari buku ini, yang tidak kalah besarnya dengan kecacatan dalam narasi, adalah tidak ada catatan kaki. Kita hanya tahu sang pangeran bernama Datuk Belambangan putra dari Raja Bujang dan cucu dari Raja Gamuyang, tapi tidak dijelaskan siapakah Raja Bujang dan Raja Gamuyang ini. Kita juga hanya diberi-tahu bahwa istri Datuk Belambangan bermarga Damanik dan beliau sendiri diberikan marga Sinaga, tetapi tidak dijelaskan perihal siapa nama ayah dari sang putri dan mengapa sang pangeran bisa diberikan marga Sinaga. Jika memang tidak tahu atau catatan sejarah tentang tokoh-tokoh itu tidak ada, juga tidak adanya referensi lain berupa opini dari para budayawan dan sejarawan maka minimal berilah ‘kode’ berupa catatan singkat: “data tentang beliau/tokoh ini sangat minim/belum ditemukan”
Sangat disayangkan karena kita tidak bisa menikmati kisah-kisah sejarah dan kepahlawanan para tokoh sejarah akibat narasi yang terus berulang dan membosankan. Anehnya, begitu meski sering sekali mengulangi penjelasan-penjelasan yang persisi sama tetapi justru abai membahas latar-belakang tokoh-tokoh sejarah yang mungkin hanya merupakan tokoh kecil namun keberadaannya justru sangat penting jika kita ingin merunut kembali sejarah wilayah ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
INFORMASI BUKU
Buku “Sejarah Batu Bara Dari Masa Ke Masa” diterbitkan pada 2010 ketika Kabupaten Batu Bara baru 3 tahun berdiri menjadi kabupaten mandiri setelah dimekarkan dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, pada 2007.
Buku ini diterbitkan tidak untuk dijual sebab peruntukannya adalah sebagai dokumentasi sejarah Kabupaten Batu Bara. Buku ini diberikan gratis pada masyarakat yang ingin mengetahui perihal sejarah klasik Kabupaten Batu Bara.
Judul: Sejarah Batu Bara Dari Masa Ke Masa
Bahasa: Bahasa Indonesia
Genre: Dokumentasi
Kategori Buku: Sejarah
Negara Asal: Indonesia
Penulis (Writer): Muhammad Yusuf Morna
Tim Penyusun: Anwardi, Muhammad Yusuf Morna, Nasrul, Azmi Saini Batubara, Sindi Amalia Aryetta
Editor: Isma Tantawi, Syofyan Alwi, Datuk Azmansyah, H.Mukhtar Tanjung, Basyaruddin, Lukman Hakim
Penerbit: Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara
Diterbitkan di: Indonesia
Cetakan I: 2010 (tahun cetakan buku yang dibaca penulis resensi)
Ukuran dan Ketebalan: 17cm x 22,5cm, 253 Halaman
Jenis Sampul: Hard Cover
ISBN: 978-602-97395-0-3
_______________________________________________________________________________
Copyrights Artikel: Deleigeven Media
Copyrights Sinopsis: Deleigeven
PENYUSUN:
Penulis Resensi: Deleigeven
Penulis Sinopsis: Deleigeven
Informasi Penulis: Deleigeven
Informasi Buku: Deleigeven
Informasi Penerbit: Deleigeven
Penyunting: Juliet
Artikel ini diterbitkan pertama kali oleh: Deleigeven Media
SUMBER:
-id.wikipedia.com/kabupaten_asahan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------