DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Rabu, 15 Agustus 2018

SENI NEGOSIASI




Setiap hari kita berhadapan dengan situasi di mana kita harus melakukan negosiasi. Karena itu, kepiawaian bernegosiasi merupakan prasyarat mutlak bagi kesuksesan kita di bidang apapun, dalam kehidupan berkeluarga, kemasyarakatan dan professional.

Negosiator ulung adalah orang yang menang dalam bernegosiasi dan meninggalkan lawannya dengan perasaan senang karena dia juga merasa menang. Dengan kepiawaian ini, hubungan pribadi dan hubungan bisnis menjadi menyenangkan dan langgeng. 

-------------------------------------------------------------------------------------------------


“Seni Negosiasi” adalah buku panduan dasar-dasar negosiasi. Buku ini tebal tetapi sama sekali tidak bertele-tele. Dawson membagikan ilmunya dengan sangat detail dan terstruktur. Semua yang kita perlukan dalam bernegosiasi, baik itu prinsip-prinsip dasar, gaya, taktik, dan berbagai manuver, semuanya dijabarkan dengan rinci dan tidak bertele-tele.

Gaya bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti. Selain membahas berbagai taktik, buku ini juga memberikan berbagai ilustrasi, baik dari pengalaman pribadi Dawson maupun pengalaman orang lain dan juga pengalaman dan pengamatannya tentang tokoh-tokoh terkenal yang pernah ditemuinya termasuk beberapa presiden Amerika Serikat seperti Carter, Clinton, dan Bush Sr.

Tidak seperti buku-buku pengembangan diri lainnya yang biasanya membuat saya merenung dan memikirkan kembali kata-kata yang saya baca, buku ini tidak membuat saya menyempatkan diri untuk merenung melainkan sibuk menggaris-bawahi kata per kata dan juga sibuk mencatat sebab buku ini merupakan panduan teknikal praktis bukan teoritis. Semua panduan tentang berbagai prinsip dan taktik negosiasi, metode-metode pengendalian situasi, analisa dan taktik, cara menghadapi taktik-taktik lawan, dan mengenali berbagai gaya negosiasi orang-orang dari berbagai negara dan budaya, juga yang tidak kalah pentingnya adalah mengenali dan mematahkan berbagai manuver yang tidak etis saat bernegosiasi.

Buku ini adalah tandem untuk buku-buku marketing, manajerial, ilmu diplomasi, dan juga sangat direkomendasikan bagi yang ingin mempelajari ilmu public relation. Pelajaran paling penting dari “Seni Negosiasi” adalah negosiasi bukan tentang menang mutlak tapi tercapainya tujuan kedua belah pihak yang lalu menciptakan hubungan jangka panjang.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



INFORMASI PENULIS

“Seni Negosiasi” ditulis oleh penulis berkebangsaan Amerika Serikat, Roger Dawson. Beliau adalah negosiator ulung dan salah-satu dari sangat sedikit grand master negosiasi dunia pada era sekarang ini. selain sebagai seorang negosiator professional, Dawson juga adalah seorang pembicara dan pelatih negosiasi dengan pengalaman lebih dari 50 tahun. Beliau telah melatih banyak eksekutif, manajer, dan marketer di seluruh Negara bagian Amerika, dan juga Kanada hingga Australia.

Profesi Dawson sebagai negosiator dan pembicara profesional membuatnya di anugerahi penghargaan tertinggi dari National Speakers Association. Beliau adalah satu dari sangat sedikit pembicara profesional yang mendapat dua penghargaan bergengsi tersebut.



INFORMASI BUKU

“Seni Negosiasi” adalah buku yang diterbitkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1999 dengan judul “Secret Of Power Negotiating”. Di Indonesia “Seni Negosiasi” sudah diterbitkan untuk dijual bebas sejak tahun 2002 dan menjadi salah-satu buku laris dikalangan professional sehingga telah diterbitkan ulang selama tiga tahun berturut-turut. Kini, buku ini telah diterbitkan ulang sebanyak lima kali di Indonesia.


Judul Buku: Seni Negosiasi
Judul Asli: Secret Of Power Negotiating
Negara Asal: Amerika Serikat
Bahasa: Indonesia
Bahasa Asli: Inggris
Kategori Buku: Pengembangan Diri
Pengarang (Author): Roger Dawson
Penerjemah: C. Louis Novianto
Editor: Yahya Kristiyanto
Desain Sampul: Agustinus Purwanta
Penerbit: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Diterbitkan di: Indonesia
Cetakan I : 2002
Cetakan II : Mei 2003
Cetakan III: Agustus 2004
Cetakan IV: Juli 2010
Cetakan V : Januari 2012 (tahun cetakan yang dibaca penulis resensi)
Ukuran: 13 cm x 20 cm
Jumlah Halaman: 468 halaman
Jenis Sampul: Hard Cover
ISBN: 978-979-22-6024-3


Informasi Kontak Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama (anggota IKAPI)
Kompas Gramedia Building
Blok I Lantai 5
Alamat: Jl.Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
________________________________________________________________________________

Copyrights Article: Deleigeven Media
Copyrights Synopsis: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama


PENYUSUN:
Penulis Resensi: Devy R
Sinopsis: Editorial Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Informasi Penulis oleh: Devy R
Informasi Buku dan Penerbit oleh: Devy R
Penyunting: Deleigeven & Juliet
Artikel ini diterbitkan pertama kali oleh: Deleigeven Media


SUMBER:
en.wikipedia.com/roger_dawson

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Minggu, 05 Agustus 2018

MATA RANTAI ALEXANDRIA




Cotton Malone mengundurkan diri dari dunia penuh risiko agen lapangan elit Departemen Luar Negeri Amerika dan membuka toko buku-buku langka. Namun kehidupannya yang tenang terguncang ketika ia menerima email tanpa nama identitas pengirim yang mengancam akan membunuh putranya. Mantan istrinya yang ketakutan memberitahu bahwa ancaman itu nyata: Putranya yang beranjak remaja diculik. Ketika toko buku Malone di Kopenhagen dibakar hingga rata dengan tanah, jelas bahwa mereka yang bertanggung-jawab terhadap kejadian itu tidak akan berhenti hingga mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan:

Perpustakaan Alexandria yang hilang.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Novel ini memiliki alur yang sangat cepat, berbeda dengan novel-novel karya Dan Brown yang memiliki genre yang sama tapi memiliki kecepatan alur yang lebih lambat. Anda didesak untuk segera mengerti mengapa tokoh utama yang hanya pemilik sebuah toko buku di Kopenhagen bisa memiliki begitu banyak koneksi pada orang-orang penting di Washington, juga kenapa seorang konglomerat Denmark bisa menjadi pelindungnya. Lalu, tiba-tiba Jaksa Agung Amerika Serikat pun dilibatkan, hingga kemudian anda mulai terbiasa dengan kemunculan presiden Amerika Serikat dan jajaran penting lainnya di Negara itu. Tidak hanya cepat, banyak juga kisah-kisah khas film-film aksi Hollywood yang melibatkan pistol, granat, dan bahkan RPG. Khas penulis-penulis novel petualangan Amerika. Untuk yang satu itu, ketegangan yang Steve Berry tawarkan melebihi Dan Brown. Sayangnya, Steve Berry kurang bisa memverbalkan setiap aksi ‘perang terbuka’ itu tanpa mengurangi kualitas keindahan sejarah yang menjadi latar belakang cerita. Tapi, ditengah-tengah petualangan Cotton Malone yang cepat terselip cerita-cerita sejarah masa lalu, ketika perang Arab-Israel pertama kali berkecamuk pada tahun 1948, yang muncul ibaratnya slow motion pada film sehingga membuat novel ini masih memiliki sedikit keindahan literasi, sesuatu yang saya pikir tidak akan pernah saya temukan saat saya mendeteksi keberadaan peluncur roket ditengah-tengah kota Kopenhagen dalam novel ini.

Otak saya tidak perlu banyak berpikir saat membaca novel ini meskipun novel ini adalah novel fantasi sejarah. Tidak ada kode-kode rumit khas Dan Brown di novel ini sehingga pasti akan mengecewakan anda yang menggemari teka-teki. Saya cukup heran karena tidak menemukan kode-kode rumit dalam novel ini padahal tujuan dalam cerita ini adalah menemukan Perpustakaan Alexandria, yang kita tahu seharusnya sudah musnah sehingga tentunya jika masih ada, seperti menurut novel, maka pasti disembunyikan dengan teramat rahasia sehingga para penjaganya hanya akan berkomunikasi dengan cara yang rumit yang menggunakan kode-kode rahasia. Tapi, alur yang baik membuat hal itu tidak mengecewakan saya. Namun, ada satu hal yang menjadi kekecewaan saya yaitu bentuk-bentuk verbal dari novel ini tentang fisik Perpustakaan Alexandria. Meskipun Steve Berry menggambarkan dengan detail fisik dari para tokoh dengan detail tapi saya kecewa karena saya tidak mendapat detail fisik dari perpustakaan itu secara literal dalam novel ini meskipun denah perpustakaan ada dalam salah-satu lembar buku ini. Maksud saya, tolong verbalkan keadaan dan keindahan perpustakaan dengan detail, berapa tinggi langit-langit ruangan dan rak-rak bukunya, sebesar apa bilik-biliknya, sepanjang apa anak-anak tangga dan yang paling utama adalah buku-buku penting apa saja yang ada disana? Bukankah menemukan perpustakaan ini adalah tujuan utama tokoh utama? Semua penjelasan tentang fisik perpustakaan itu sangat menggantung bagi saya padahal saya ingin tahu imajinasi hebat yang ditawarkan oleh penulis novel ini mengenai Perpustakaan Alexandria kuno yang seharusnya sudah musnah ribuan tahun lalu. Rasa penasaran saya juga tidak terpuaskan mengenai pertanyaan: Mengapa dan bagaimana perpustakaan termegah sepanjang masa itu bisa runtuh? Tidak ada kilas balik tentang hal itu.

Walau detail sejarah dan penelusuran kode-kode kuno kurang menggigit seperti karya-karya Dan Brown tetapi dengan mengagumkan Steve Berry mampu bermain apik dalam memanfaatkan celah-celah sejarah, dengan memanfaatkan kejadian yang benar-benar terjadi dalam sejarah dan dua sisi kemungkinan yang tidak tercatat dalam sejarah lalu kemudian menghubungkannya dengan apa yang terjadi pada masa sekarang ini. Satu hal yang luput dimaksimalkan dalam novel kontroversial “Da Vinci Code”. Saya sangat menyukai plot cerita yang disajikan Steve Berry termasuk karakteristik tokoh-tokohnya dan semua unsur kejutan dalam novel ini. Steve Berry juga menghindari dengan tegas kisah semacam temporary love khas Hollywood yang murahan yang kerap kita temukan pada bagian akhir dari karya-karya Dan Brown. Walau demikian, Steve Berry memang masih belum bisa menceritakan semuanya itu seindah Dan Brown. Tapi setidaknya, novel ini masih menjadi novel yang paling pas bagi saya jika ingin membaca sebuah cerita fiksi demi memperkaya imajinasi yang muncul dari pertanyaan klasik: Seperti apa Perpustakaan Alexandria?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



INFORMASI PENULIS

“Mata Rantai Alexandria” ditulis oleh penulis berkebangsaan Amerika Serikat, Steve Berry. Beliau lahir pada tahun 1955.

Berry bekerja sebagai seorang pengacara selama 30 tahun sebelum beliau mulai menulis novel. Sebagai seorang pengacara Berry aktif bekerja di firma hukumnya sendiri selama 14 tahun, sedangkan peran Berry sebagai seorang penulis, selain menulis buku, adalah sebagai salah satu pendiri International Thriller Writters, yaitu organisasi penulis cerita thriller yang menaungi 4.200 penulis novel thriller.

Sebelum sukses dengan novel keduanya, “The Templar Legacy”, Steve Berry menjadi salah-satu penulis yang karyanya paling sering ditolak oleh penerbit. Karya pertamanya “The Amber Room” yang ditulis selama 12 tahun ditolak sebanyak 85 kali oleh berbagai penerbit sebelum akhirnya naskah “The Amber Room” dibeli oleh penerbit Ballantine Books. Pada akhirnya, Steve Berry mendapatkan pengakuan dari harian-harian ternama seperti The New York Times, USA Today, Publishers Weekly, dan juga situs buku BookSense sebagai salah satu penulis terlaris di Amerika. Karya-karyanya telah diterjemahkan kedalam 40 bahasa dan diterbitkan di 51 negara.



INFORMASI BUKU

“Mata Rantai Alexandria” adalah sebuah novel fiksi sejarah yang diterbitkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 2007. Novel ini diterbitkan pada 30 Januari 2006 di Amerika, dan merupakan buku ketiga yang ditulis Berry. “Mata Rantai Alexandria” merupakan bagian dari requiem kedua Cotton Malone. Novel ini tidak berhasil mengikuti kesuksesan requiem yang pertama, “The Templar Legacy” yang menjadi bestseller. Meskipun begitu, requiem Cottone Malone terus berlanjut hingga seri ke-13 yang terbit di Amerika pada 2018.

Walaupun buku ini banyak menyentuh sisi-sisi sensitif agama Kristen, Yahudi, dan Islam, dan juga menyebut pemerintah Negara Israel namun tidak menimbulkan kontroversi, meskipun buku ini membuat Steve Berry dikritik sebagai seorang anti-Semit dan anti-Yahudi.

Di Indonesia “Mata Rantai Alexandria” sudah diterbitkan untuk dijual bebas.


Judul Buku: Mata Rantai Alexandria
Judul Asli: The Alexandria Link
Negara Asal: Amerika Serikat
Bahasa: Bahasa Indonesia
Bahasa Asli: Inggris
Genre: Novel
Kategori: Fiksi Sejarah dan Petualangan
Pengarang (Author): Steve Berry
Penerjemah: Chandra Novwidya Noviana
Editor: Widi Lugina
Desain: Eduard Iwang Mangopang
Penerbit: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: Februari 2011 (tahun cetakan yang dibaca penulis resensi)
Diterbitkan di: Indonesia
Ukuran: 13 cm x 20 cm
Jumlah Halaman: 632 halaman
Jenis Sampul: Soft Cover
ISBN: 978-979-22-7816-3


Informasi Kontak Penerbit:
PT. Gramedia Pustaka Utama (anggota IKAPI)
Alamat: Jl.Palmerah Barat 29-37 Blok 1 lantai 5, Jakarta 10270

________________________________________________________________________________

Copyrights Article: Deleigeven Media
Copyrights Synopsis: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama


PENYUSUN:
Penulis Resensi: Deleigeven
Sinopsis: Editorial Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
Informasi Penulis: Deleigeven
Informasi Buku dan Penerbit: Deleigeven
Penyunting: Juliet
Artikel ini diterbitkan pertama kali oleh: Deleigeven Media


SUMBER:
en.wikipedia.com/steve_berry

-------------------------------------------------------------------------------------------------------