DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Rabu, 05 September 2018

THE FORGOTTEN MASSACRE




Jakarta, September 1965. Kapal kargo tempat Kasper bekerja sebagai asisten koki berlabuh di Tanjung Priok. Selama berada disana, pemuda Denmark ini menjalin persahabatan dengan banyak pelaut dari berbagai bangsa. Dia bahkan terlibat dalam hubungan cinta segitiga dengan seorang gadis blasteran Belanda-Padang. Semuanya tampak normal, sampai Kasper sadar bahwa dia berada pada waktu dan tempat yang salah.

-------------------------------------------------------------------------------------------------


Novel ini perhatian saya sebab menceritakan tentang salah-satu kisah kelam di negeri ini yang hingga sekarang masih sangat misterius. Awalnya saya berpikir bahwa saya akan disuguhi oleh kisah petualangan menegangkan yang penuh dengan adegan bersembunyi, melarikan diri, atau menegosiasikan keselamatan diri si tokoh utama dan kawan-kawannya, terlebih lagi saat membaca sinopsis sampul belakang buku ini. Namun, saya hampir tidak menemukan semuanya itu dalam cerita novel ini.

Tidak ada lari-larian, tidak ada peluru, tidak tembak-menembak, tidak ada cerita tentang persembunyian, ataupun bagaimana mereka menegosiasikan keselamatan mereka pada aparat dalam 99% cerita dalam novel ini. Kita hanya dapat menemukan semua itu dilembaran-lembaran akhir novel ini sebab novel ini fokus bercerita tentang bagaimana cinta dan persahabatan datang seiring dengan kuantitas dan kualitas kebersamaan yang semuanya diawali oleh keputusan nekat sang tokoh utama yang bernama Kasper untuk mengelilingi dunia dengan kapal dagang. Cinta dan persahabatan itu tidak selalu berjalan manis karena dibatasi oleh pekerjaan masing-masing tokoh, walaupun pekerjaan jugalah yang menyatukan mereka. Semuanya itu diceritakan dengan alur yang sangat lambat namun tidak mampu menunda jari saya untuk membalikan lembaran demi lembaran untuk melanjutkan membaca kisah ini.

Saya cukup terkesima sebab ditengah-tengah kisah yang diceritakan dengan alur yang sangat perlahan ini terselip cerita dan dialog yang melibatkan tokoh-tokoh CIA. Woow!! Pikir saya. Baru kali ini saya membaca sebuah novel asing yang terang-terangan menyebut bahwa agensi intelijen milik negeri Paman Sam itu adalah dalang dari carut-marut politik di Indonesia pada masa-masa puncak perang dingin yang menjadi penutup kisah-kisah manis para tokoh utama.

Anda memang akan kecewa jika mengharapkan alur cerita yang cepat dan penuh dengan pembantaian serta deru senjata dari novel ini, sebab sebenarnya novel ini adalah novel cinta. Cinta seorang pemuda Denmark pada gadis Indonesia yang sering ditemuinya yang ditengah-tengah mereka ada pemisah yang bernama sahabat. Kisah cinta dan persahabatan ini uniknya terjalin manis tanpa berbenturan satu-sama lain hingga berakhir saat mereka melewati bulan September 1965 bukan karena mereka tidak saling mencintai lagi atau karena mereka lebih memilih persahabatan melainkan karena adanya keadaan dan plot rumit yang tidak mereka mengerti yang bernama politik.

Novel ini masih jauh dari kata tegang walaupun berlatarkan masa-masa terkelam dalam sejarah Indonesia. Kehidupan disekitar pelabuhan dan penyelundupan barang-barang elektronik yang dilakukan Kasper memang terdengar cukup menegangkan jika kita bayangkan, tetapi Jorgensen tidak menampilkan ketegangan yang berarti dalam kisah-kisah Kasper tersebut, entah dia gagal atau memang sengaja memperhalusnya. Selebihnya dari novel ini adalah tentang kisah cinta dan persahabatan dan tentang perbedaan-perbedaan yang mereka miliki yang kemudian menghantarkan mereka memasuki bulan berdarah di tahun 1965. Tidak ada ketegangan apapun sebelum itu. Tapi, saya cukup kaget dan kagum pada Jorgensen saat membaca penuturan beraninya melalui novel ini tentang bagaimana keserakahan Amerika dan tentang keadaan pada masa itu dimana dalam waktu yang lama semua yang tampak normal, baik bagi orang Indonesia maupun orang asing, tapi hanya dalam hitungan satu hari semuanya pun berubah. 

Melalui novel ini Jorgensen memberi-tahu kita bahwa saat itu banyak orang-orang kehilangan nyawa karena mereka tidak sempat tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangankan rute yang aman untuk melarikan diri, siapa teman dan siapa lawan saja mereka tidak tahu, termasuk juga apakah mereka menjadi incaran aparat atau tidak. Orang-orang pada masa itu sama sekali tidak tahu bahwa menandatangani buku tamu dalam acara-acara dansa bisa membuat mereka kehilangan nyawa.

Jorgensen menceritakan dengan perlahan namun sangat nyata bahwa suatu keadaan yang normal bisa berubah dalam sekejap akibat kekuasaan dan politik, dan perubahan kekuasaan politik yang mendadak selalu meminta darah. Kemudian, kekuasaan itu akan menggunakan semua daya dan upaya demi mencari dan memberikan alasan untuk membenarkan tindakan mereka, dan itu tercerminkan dari kalimat yang diucapkan seorang tentara pada tokoh utama setelah senapan anggota-anggotanya menyalak membelah sunyinya malam,

Kamu harus memahami bahwa hal itu diperlukan disini”.

Kekuasaan itu memang tidak perlu berkuasa selamanya, cukup beberapa dekade saja, dan semua kengerian tentang pembantaian itupun berlalu dan terlupakan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



INFORMASI PENULIS

“The Forgotten Massacre” adalah novel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Denmark, Peer Holm Jorgensen. Jorgensen lahir di Aars, Denmark, pada 3 Maret 1946 dan dibesarkan di Kopenhagen, Denmark.

Pada usia 16 tahun, Jorgensen remaja nekat meninggalkan bangku sekolah dan berkeliling dunia dengan kapal dagang. Dengan kapal dagang “Nicolin”, Jorgensen berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok pada 1963. Jorgensen juga bekerja di kapal dagang “Jesse” dan “Clementine” pada tahun 1965. Beliau baru meninggalkan Indonesia pada tahun 1966. Setelah itu, Jorgensen melanjutkan perjalanannya mengelilingi dunia. Ini membuatnya memahami situasi politik berbagai negara pada masa itu yang kental dengan berbagai pemberontakan dan huru-hara. Usai puas berkeliling dunia dengan kapal dagang, Jorgensen menekuni berbagai profesi di berbagai Negara. Beliau lalu kembali ke Denmark dan membuka usaha penerbitan bernama “Isotia” yang khusus menerbitkan buku-buku yang berkaitan tentang sejarah dan pandangan-pandangan tentang masa depan umat manusia.

Novel “The Forgotten Massacre” adalah buku ketiga yang ditulis Jorgensen. Beliau mulai menulis novel ini 5 tahun sebelum jatuhnya Orde Baru, tepatnya pada tahun 1993. Sayangnya, saat itu Jorgensen belum memiliki data yang cukup untuk menguji hipotesa-nya tentang apa dan siapa dalang tragedi itu sehingga Jorgensen harus menyimpan naskahnya dalam waktu yang lama. Barulah setelah arsip-arsip resmi Amerika Serikat bisa diakses Jorgensen memiliki tambahan data dan semakin yakin dengan hipotesanya. Melalui novel ini, Jorgensen dengan berani menyebut nama CIA, meskipun berkata bahwa beliau menulis buku ini tanpa maksud untuk menuduh siapapun, namun Jorgensen memang mengindikasikan bahwa Amerika Serikat lah dalang dari peristiwa 1965 ini.

Jorgensen menegaskan bahwa “apa yang terjadi di Indonesia pada akhir 1965 tidak diciptakan oleh orang Indonesia sendiri, tapi oleh pihak-pihak lain”. Bagi Jorgensen, negara adikuasa adalah negara yang “…gemar bermain Russian Roulette dengan negara-negara lain” dan "memaksa agar semuanya tampak sama," yaitu mengikuti gayanya orang kulit putih.

Sebagai seorang yang menjunjung persamaan hak dan anti-rasial sejati, Jorgensen menyalahkan egosentris orang barat dan supremasi kulit putih atas kekacauan yang dialami bangsa-bangsa Asia Afrika. Beliau tidak terpesona oleh jasa Eisenhower menyelamatkan Denmark dalam Perang Dunia II sebab baginya itu adalah usaha dengan pamrih karena jika tentara Amerika Serikat tidak datang ke Denmark maka Denmark dan mungkin seluruh wilayah Skandinavia akan bergabung dengan blok Soviet. Mengenai tragedi 1965 inipun secara tertulis beliau berkata, 

biarkanlah tuduhan itu terarah ke ras kulit putih saja”.

Pengalamannya di Indonesia pada tahun-tahun berdarah itu membuatnya melakukan riset independen tentang kejadian tersebut dan menemukan fakta bahwa “kebanyakan berkas di arsip Amerika sudah hilang atau tak bisa di akses”. Dan, saat novel ini sudah selesai beliau tetap kesulitan mendapatkan penerbit yang mau menerbitkan novelnya sebab bagi mereka kisah ini sudah tidak menarik lagi dan tragedi itu mungkin memang tidak pernah terjadi. Ini membuat Jorgensen kecewa dan menganggap dunia telah berpaling dari tragedi ini seolah tidak tahu apa-apa. Jorgensen sadar informasi tentang tragedi ini memang tidak banyak diketahui oleh dunia yang ironisnya justru orang Indonesia adalah orang-orang yang paling sedikit mengetahui informasi tentang tragedi ini.

Ketidak-jelasan orang Indonesia tentang apa yang terjadi pada masa itu bukannya membuat orang Indonesia mencari-tahu dan melakukan rekonsiliasi namun justru menolak untuk membahasnya atau bahkan memilih lupa, sehingga membuat Jorgensen kagum sekaligus miris dengan sikap rata-rata orang Indonesia yang dianggapnya sebagai “….sebuah masyarakat, kapan pun dalam sejarah umat manusia, yang benar-benar mengekspresikan arti memaafkan yang sebenarnya seperti yang dimaksudkan oleh kebudayaan atau agama apapun….”.

Jorgensen sangat mencintai Indonesia. Pengalamannya di Indonesia, terutama pada akhir 1965 begitu membekas dalam dirinya. Melalui tulisan penutup di akhir novel ini, saya-pun mengetahui bahwa tokoh Kasper adalah Jorgensen itu sendiri, yang mengalami semuanya persis seperti yang tertulis di novel ini, yang berteman dengan orang-orang Indonesia dan yang ditodong oleh senapan para serdadu. Pengalamannya selama di Indonesia membuatnya merasa senang dan bangga, tapi sekaligus sedih sebab dia “mengenal Indonesia dan orang-orangnya justru pada saat sulit bagi orang-orang untuk tersenyum”. Keprihatinannya lah yang membuat Jorgensen mengarang dan menerbitkan novel ini dengan harapan,

“…dapat membawa sebagian potongan masa lalu kepada orang Indonesia”.



INFORMASI BUKU

“The Forgotten Massacre” adalah sebuah novel semi-otobiografi karangan Peer Holm Jorgensen yang diterbitkan pertama kali di Denmark pada tahun 2006. Penerbit Indonesia menerbitkan novel ini pada tahun 2009 setelah berhasil menghubungi Jorgensen dan bekerja sama dengan pihak Big Apple Tuttle-Mori yang bermarkas di Labuan, Malaysia. Novel ini diterbitkan di Indonesia tanpa mengubah judul aslinya.

Buku ini memang belum masuk bestseller di negara manapun tetapi berhasil membuka mata sebagian orang perihal apa yang terjadi pada akhir tahun 1965 di Indonesia melalui kesaksian seorang Eropa yang melihat dan mengalaminya secara langsung sehingga menjadi kisah “yang masih langka” (Noorca M.Massardi, penulis dan pewarta).

Di Indonesia “The Forgotten Massacre” sudah diterbitkan untuk dijual bebas tapi masih sulit ditemukan di toko-toko buku ternama.

Judul Buku: The Forgotten Massacre
Bahasa: Indonesia
Bahasa Asli: Danish
Negara Asal: Denmark
Genre: Novel
Kategori: Semi-Otobiografi
Pengarang (Author): Peer Holm Jorgensen
Penerjemah: Inggrid Nimpoeno
Editor: Indradya SP
Desain: Windu Tampan
Penerbit: Penerbit Qanita, Bandung
Cetakan I: Februari 2009 (tahun cetakan buku yang dibaca penulis resensi)
Diterbitkan di: Indonesia
Ukuran: 12,5 cm x 20,5 cm
Jumlah Halaman: 452 halaman
Jenis Sampul: Soft Cover
ISBN: 978-979-3269-98-6


Informasi Kontak Penerbit
Penerbit Qanita (anggota IKAPI)
PT.Mizan Pustaka
Alamat: Jl.Cinambo No.135 (Cisaranten Wetan), Ujungberung, Bandung, Jawa Barat 40294
Website: www.mizan.com
Telepon: (022)7483430
Faks: (022)7834311

________________________________________________________________________________

Catatan: Semua kutipan dikutip dari “The Forgotten Massacre”

Copyrights Artikel: Deleigeven Media

Copyrights Sinopsis: Penerbit Qanita



PENYUSUN:

Penulis Resensi: Devan

Penulis Sinopsis: Editorial Penerbit Qanita

Informasi Penulis: Devan

Informasi Buku dan Penerbit: Devan

Penyunting: Deleigeven & Juliet



Artikel ini diterbitkan pertama kali oleh: Deleigeven Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.